facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Manajemen Qalbu
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Category
  • Kuliah
  • Fiqih
    • Fiqih Ibadah
    • Fiqih Muamalah
  • About

Irwan Efendi

Keep Enjoying and Be Your Inspiration


 Struktur dan Kebutuhan Pembiayaan Bank Syariah


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Struktur pembiayaan adalah upaya untuk mengatur pembiayaan sehingga tujuan dan jenis pembiayaan yang diberikan sesuai. Selain itu juga mencoba menetralisasi dan meminimalisasi resiko yang muncul dari adanya pembiayaan tersebut. Dalam strukturisasi ini dapat ditentukan sejumlah kondisi agar pembiayaan yang diberikan berada dalam taraf resiko yang dapat dikendalikan.
Hingga saat ini, penulis belum menemukan cara-cara yang secara khusus digunakan oleh bank syariah dalam menentukan struktur pembiayaannya. Oleh karena itu sebagai pijakan awal, penulis mengadopsi cara-cara yang biasa digunakan oleh bank konvensional dalam menyusun struktur dan kebutuhan pembiayaan.

B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana jenis-jenis aktiva perusahaan?
b.      Bagaimana menentukan kriteria kebutuhan pembiayaan?
c.       Bagaimana laporan keuangan bank?

C.    Tujuan
a.       Mengetahui tentang jenis-jenis aktiva perusahaan.
b.      Mengetahui kriteria kebutuhan pembiayaan.
c.       Mengetahui laporan keuangan bank.
.








BAB II
PEMBAHASAN

  1. Jenis-Jenis Aktiva Perusahaan
Perusahaan merupakan salah satu sasaran pembiayaan bank syariah. Sebelum perusahaan mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, maka bank syariah sebagai lembaga- lembaga yang memberi pembiayaan, akan melakukan analisis aktiva perusahaan tersebut. Dengan diketahuinya aktiva perusahaan, maka dapat ditentukan struktur dan kebutuhan pembiayaannya.
Pertimbangan utama dalam penentuan struktur pembiayaan adalah jenis aktiva yang dibiayai, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
Aktiva suatu perusahaan secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

  1. Aktiva Tetap (Fixed Assets) 
  2. Aktiva Lancar Permanen (Permanent Current Assets) 
  3. Aktiva Lancar Fluktuatif (Fluctuative Current Assets)

Ketiga jenis aktiva ini memerlukan jenis pembiayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ketiga aktiva tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Asset Tetap (Fixed Assets)
     fixed assets adalah aktiva yang tidak habis dipakai dalam siklus produksi dan bersifat investasi jangka panjang dari bisnis tersebut. Atas aktiva ini, pembiayaan dilakukan:  
      a. Modal sendiri (equity), karena modal sendiri memiliki jangka waktu yang tidak terbatas. 
     b. pembiayaan jangka panjang (long term debt) dengan pengembalian pembiayaan secara angsuran yang teratur dan sifat pembiayaan adalah non-revolving.
Dengan demikian dapat disimpulkan untuk aktiva tetap ini harus dibiayai dengan dana jangka panjang.

  1. Aktiva Lancar Permanen (Permanent Current Assets)
Permanent current assets adalah sejumlah aktiva lancar yang harus tetap dipelihara agar operasi bisnis normal dapat berjalan lancar. Misalnya persediaan minimum yang harus dijaga agar produksi berjalan lancar. Untuk aktiva jenis ini harus dibiayai oleh dana jangka panjang. Apabila perusahaan tidak dapat memenuhi ini dengan dana sendiri, pembiayaan yang diperlukan adalah pembiayaan jangka panjang yang pengembaliannya tidak dengan diangsur. Namun sampai saat ini tidak ada bank atau jenis lembaga keuangan lainnya yang menyediakan dana jangka panjang jenis ini. Semua dana pembiayaan jangka panjang yang kita kenal harus diangsur dengan kondisi tertentu. Untuk membiayai aktiva semacam ini, pinjaman yang tepat adalah pinjaman revolving yang dapat diperpanjang terus menerus (evergreen loan). Selama bisnis berjalan dan kebutuhan ini tidak dapat dibiayai dengan dana sendiri, maka otomatis pembiayaan ini akan terus dibutuhkan.

3.      Aktiva Lancar Fluktuatif (Fluctuative Current Assets)
Aktiva lancar fluktuatif adalah aktiva lancar yang kebutuhannya tidak menentu, tetapi selalu berfluktuasi sesuai perkembangan permintaan. Oleh karena sifatnya yang fluktuatif dan bersifat jangka pendek, pembiayaan atas aktiva ini dilakukan dengan dana jangka pendek.
Setiap pemberian pembiayaan harus selalu dikaitkan dengan tujuan penggunaannya. Pemberian pembiayaan yang penggunaannya tidak jelas sering merupakan sumber bencana bagi bank, yaitu berupa bentuk pembiayaan yang bermasalah atau kredit macet. Tujuan penggunaan dana tersebut selalu dikaitkan dengan jenis aktiva yang dibiayai.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga dasar pemikiran dalam pemberian pembiayaan, yaitu:

1)      Asset Corvertion Cycle (Asset Conversion Lending)
Dasar pemikiran ini digunakan bank apabila bank membiayai kebutuhan jangka pendek yang sifatnya sementara. Sesuai dengan namanya, pembiayaan ini dipakai untuk membiayai siklus konversi asset/kas. Jenis aktiva yang dibiayai adalah fluctuative current asset. Dengan pembiayaan ini bank menginginkan agar seluruh pokok pembiayaan (harga beli) dilunasi pada akhir periode. Sumber pengembalian pembiayaan berasal dari terselesaikannya siklus konversi tersebut.

2. Asset Protection Lending
Dalam pemberian pembiayaan berdasarkan pemikiran ini, bank tidak mengharapkan pokok pembiayaan akan lunas diakhir periode. Hal ini disebabkan karena dalam asset protection landing, kita membiayai permanent  current assset, yang mengikuti prinsip akutansi going consern yaitu suatu busnis yang akan terus berlangsung.

3.Cash flow Lending
Dasar pemikiran ini dapat dipakai apabila bank akan memberikan pembiayaan jangka panjang yang digunakan untuk membiayai pembelian aktiva tetap (fixed asset) atau investasi, dan sifat pembiayaan harus non revolving . pada cash-flow lending bank ingin agar seluruh pokok pembiayaan dilunasi pada akhir periode pembiayaan, sehingga bank harus mengatur agar setiap angsuran terdapat pelunasan pokok pembiayaan. Untuk menentukan kemampuan pembayaran dengan pemikiran ini, kita dapat menyusun proyeksi aliran kas.
Berkaitan dengan bank syariah, dimana konsep pembiayaan yang digunakan merupakan konsep ekonomi islam. maka sebelum menentukan lebih jauh mengenai struktur pembiayaan yang akan diberikan, terlebih dahulu bank syariah harus mengetahui bisnis atau usaha yang dilakukan calon nasabah. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1.      Terdapat usaha yang jelas bertentangan dengan syariah islam atau ada kecendrungan bertentangan dengan syariah-seperti: produksi dan penjualan barang haram, usaha mengandung unsur maisir, gaharar, dan semacamnya,  maka usaha  tersebut sudah pasti tidak dapat diberikan pembiayaan jenis apapun juga.
2.      Masing-masing usaha memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, sehingga untuk menentukan struktur dan tingkat kebutuhan pembiayaan yang akan diberikan perlu diketahui karakteristik tersebut. Misalnya untuk usaha perdagangan memiliki sifat musiman dan berkesinambungan, sehingga bank harus memperhatikan kapan pemasukan cukup besar dan kapan pemasukan mulai turun. Hal ini berkaitan dengan penentuan struktur dan kebutuhan pembiayaan sehingga pemanfaatan dana tidak mengalami side streaming dan pembiayaan dapat dilunasi sesuai dengan waktu dan kemampuan nasabah.

B.     Kriteria Penentuan Kebutuhan Pembiayaan
kebutuhan pembiayaan berdasarkan tujuan pembiayaan, yaitu konsumtif dan produktif.
1.      Pembiayaan konsumtif 
     Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang tujuannya untuk konsumsi pribadi, seperti pembelian kendaraan, rumah dan lainnya. Untuk menghitung jumlah pembiayaan yang diberikan, bank tidak menetapkan metode pengukuran yang rumit seperti dalam analisis kebutuhan untuk pembiayaan produktif. Untuk kebutuhan konsumtif bank akan memberikan pembiayaan sebesar nilai jual objek yang dibeli dikurangi dengan dana nasabah yang tersedia. Artinya, bank tidak membiayai 100% (kecuali kartu kredit). Sehingga calon nasabah harus memiliki dana pribadi untuk membeli. Biasanya bank telah menetapkan batasan maksimal yang bias diberikan untuk membiayai pembelian suatu objek consumer. Misalkan : maksimal pembiayaan pembelian rumah adalah 70% dari harga.
Untuk menilai kelayakan pembiayaan consumer, beberapa hal dibawah ini bisa dijadikan acuan:
  •     Bila objek pembiayaan sekaligus menjadi satu-satunya agunan yang diserahkan kepada bank, pertimbangkan nilai likuidasinya. Nilailikuidasi jaminan harus mengkover nilai pembiayaan, minimal sebesar 100% atau bergantung pada kebijakan internal bank. Bila nilai likuidasi jaminan kurang dari 100% terhadap nilai pembiayaan,maka nilai pembiayaan harus diturunkan atau calon nasaba
  •       memberikan tambahan agunan sehingga kecukupan agunan minimal menjadi 100%. 
  •      Pembiayaan consumer termasuk pembiayaan berjangka panjang, dengan masa angsuran lebih dari satu tahun. Kecuali diatur lain, pembiayaan ini diprioritaskan untuk nasabah berpenghasilan tetap (fixed income), yaitu berupa gaji. Dalam pemberiannya, dikenal suatu rasio untuk mengukur batasan maksimal dari penghasilan yang biasa digunakan untuk membayar angsuran, disebut dengan debt to service ratio (DSR). Lazimnya, batasan maksimal dasar adalah 40% dari penghasilan nasabah. Misalkan nasabah berpenghasilan 1 juta maka angsuran maksimalnya adalah 400 ribu.
  •      Bonafiditas perusahaan tempat pemohon bekerja harus dipertimbangkan. Bank juga wajib meyakini bahwa perusahaan tersebut tetap survie dimasa mendatang, minimal selama masa pembiayaan. 
  •            Masa kerja, jabatan dan status karyawan perlu diketahui sebagai pelengkap informasi. Umumnya masa kerja yang dianggap layak adalah diatas satu tahun dengan status karyawan tetap. 
  •         Sebagai penjamin kontinuitas pembayaran angsuran diperlukan dokumen standing instruction, yaitu surat kuasa dari nasabah kepada perusahaan tempat nasabah bekerja guna melakukan pembayaran gaji nasabah melalui rekening bank pemberi pembiayaan.. 
  •           Pada kondisi sumber pembayaran berasal dari joint income penghasilan suami dan istri, maka masing-masing sumber pembayaran tersebut dianalisis dan diperlakukan layaknya sebagai satu sumber pembayaran. Maksudnya setiap sumber harus diyakini dapat dijadikan sumber pembayaran dan standing instruction pembayaran setiap penerimaan gaji dapat dipenuhi.

2.      Pembiayaan produktif
Pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha. Umumnya meliputi:
   a. Kebutuhan modal kerja, adalah kebutuhan pembiayaan untuk penambahan modal kerja seperti:
1)      Modal kerja pelaksanaan proyek.
2)      Pengadaan bahan baku produksi.
3)      Pembelian persediaan barang dagangan.
4)      Biaya transportasi.
5)      Biaya tenaga kerja.
6)      Biaya sewa tempat usaha.
7)      Pengeluaran lain yang terkait dengan usaha nasabah diluar investasi.
  b. Kebutuhan investasi, adalah pembiayaan yang digunakan untuk pendirian, pembangunan,            pengembangan,  perluasan sarana dan prasarana usaha. Misalkan: pembelian mesin dan peralatan, pembangunan gedung atau pabrik, dan barang modal lainnya.
Dalam menganalisis kebutuhan modal kerja maupun investasi, bank menggunakan ukuran yang dipraktikkan dan diterima secara umum didunia perbankan. Pengukuran tersebut didasarkan pada analisis data keuangan nasabah serta pendekatan dan asumsi. Oleh karenanya, seorang account officer dituntut kemampuannya dalam memperkirakan kebutuhan calon nasabah secara wajar, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain menguasai tools analisis pembiayaan, seorang account officer seyogyanya juga mempunyai wawasan yang memadai mengenai nature bisnis nasabah, trend usaha mendatang, serta kondisi makro dan mikro terhadap usaha nasabah. Bila hal-hal tersebut telah dikuasai, maka dari analisis yang dilakukan akan diperoleh hasil berupa usulan keputusan pembiayaan yang pas, tidak berlebihan ataupun lebih kecil dari yang dibutuhkan nasabah.
Dengan melakukan struktur pembiayaan yang tepat, bank dapat menetukan sumber pengembalian yang tepat dan sekaligus menentukan jangka waktu pembiayaan yang tepat untuk nasabah. Kesalahan dalam pemberian struktur pembiayaan dapat membuat kekacauan bisnis nasabah. Misalnya untuk membiayai permanent current asset, bank memberikan pembiayaan jangka panjang yang harus dikembalikan (asset convertion lending), maka dipastikan nasabah akan mengalami kesulitan dalam pengembaliannya karena dana tersebut terikat dalam aktiva lancar yang memang tidak dimasukkan untuk dijual dengan cepat. Sebaliknya, bila bank memberikan pinjaman jangka pendek untuk pembelian aktiva tetap, beban jangka pendek perusahaan akan menjadi terlalu berat atau mengalami penurunan likuiditas.

C.    Laporan keuangan
Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas pemilik.

1.      Tujuan Laporan Keuangan
a.       Memberikan informasi kas yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan perusahaan (termasuk bank) pada suatu saat tertentu.
b.      Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
c.       Memberikan informasi yang dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai atau menginterpretasikan kondisi dan potensi suatu perusahaan.
d.      Memberikan informasi penting lainnya yang relevan dengan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan kebutuhan yang bersangkutan.

2.      Syarat-syarat laporan keuangan
a.       Relevan: data yang ada kaitannya dengan transaksi.
b.      Jelas dan dapat dipahami: informasi yang disajikan harus ditampilkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh semua pembaca laporan keuangan.
c.       Dapat dikaji kebenarannya: data dan informasi yang disajikan harus dapat ditelusuri pada bukti asalnya.
d.      Netral: laporan yang disajikan dapat dipergunakan oleh semua pihak.
e.       Tepat waktu: laporan keuangan harus memiliki periode pelaporan. Waktu penyajiannya harus dinyatakan dengan jelas dan disajikan dalam batas waktu yang wajar.
f.       Dapat diperbandingkan: laporan keuangan yang disajikan harus dapat diperbandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
g.      Lengkap: data yang disajikan dalam informasi akuntansi harus lengkap. Sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan.

3.      Sifat dan keterbatasan laporan keuangan
a.       Bersifat historis: yaitu merupakan kejadian yang telah lewat. Karena itu, laporan keuangan dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
b.      Bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
c.       Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian dan lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih.

4.      Laporan keuangan menurut jenisnya
a.      Neraca
Neraca adalah suatu laporan yang diterbitkan setiap hari kerja oleh satuan kerja akunting. Laporan tersebut menunjukkna posisi saldo serta mutasi-mutasi dari rekening-rekening subgrup yang dikelola oleh satuan kerja akunting yang bersangkutan.

b.      Perhitungan Laba Rugi
Perhitungan laba rugi bank (profit and loss statement) atau lebih dikenal dengan income statement adalah suatu laporan keuangan bank yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan nonoperasional bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu.

c.       Laporan komitmen dan kontijensi
Kadang-kadanag bank melakaukan transaksi yang tidak berakibat pada pengakuan aktiva dan kewajiban bagi neraca, tetapi berakibat pada timbulnya komitmen dan kontijensi. Pos-pos neraca seperti ini seringkali merupakan bagian yang penting dari usaha suatu bank dan berdampak signifikan terhadap tingkat resiko yang dihadapi oleh suatu bank.
Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui komitmen dan kontijensi yang tidak dapat dibatalkan dari suatu bank, karena komitmen dan kontijensi tersebut dapat mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas bank serta dapat menimbulkan kemungkinan kerugian suatu bank. Para pengguna juga memerlukan informasi yang memadai tentang gambaran dan jumlah transaksi di luar neraca yang dilakukan oleh bank.
Dengan demikian, pos-pos administratif yang terjadi akibat peristiwa komitmen dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok “ Tagihan Komitmen” dan kelompok “Kewajiban Komitmen”. Demikian pula pos-pos administratif yang timbul akibat peristiwa kontijensi, dikelompokkan menjdai kelompok “Tagihan Kontijensi” dan kelompok “Kewajibankontijensi”.









BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pertimbangan utama dalam penentuan struktur pembiayaan adalah jenis aktiva yang dibiayai, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
Aktiva suatu perusahaan secara umum dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1.       Aktiva Tetap (Fixed Assets)
2.       Aktiva Lancar Permanen (Permanent Current Assets)
3.       Aktiva Lancar Fluktuatif (Fluctuative Current Assets)
Dalam menganalisis kebutuhan modal kerja maupun investasi, bank menggunakan ukuran yang dipraktikkan dan diterima secara umum didunia perbankan. Pengukuran tersebut didasarkan pada analisis data keuangan nasabah serta pendekatan dan asumsi.
Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas pemilik.











DAFTAR PUSTAKA

Rivai, Veithzal, & Arifin, Arviyani. 2010. Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Laksamana, Yusak. 2009. Panduan Account Officer Bank Syariah. Jakarta: Elek Media Komputindo.
9/19/2017 1 komentar

Analisis Kelayakan Pembiayaan Bank Syariah

     

BAB I
Pendahuluan


      A. Latar Belakang
            Analisis pembiayaan adalah kegiatan yang menelaah aspek-aspek penting dan patut diketahui dari nasabah yang akan dibiayai oleh Bank. Tujuan analisis pembiayaan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan sesungguhnya terhadap kondisi nasabah yang akan dibiayai. Dengan demikian, rekomendasi yang benar dan objektis dapat diberikan.
            Analisis pembiayaan dapat dilakukan secara kualitatif berdasarkan data nonkeuangan dan kuantitatif berdasarkan pada data keuangan. Untuk nasabah kecil, analisis kualitatif akan dominan karena data keuangan tidak lengkap dan akurat. Sementara untuk nasabah besar, analisis kuantitatif lebih dominan karena sudah memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntasi keuangan.

      B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pembiayaan ?
2.      Bagaimana analisis pembiayaan di Bank Syariah ?
3.      Bagaimana analisis kualitatif dan analisis kuantitatif ?

            C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pembiyaan.
2.      Untuk menjelaskan analisis pembiayaan di Bank Syariah.
3.      Untuk menjelaskan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.




BAB II
Pembahasan

A.    Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan secara luas berarti financing, atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah, kepada nasabah. Dalam kondisi ini, arti pembiayaan menjadi sempit dan pasif. Tetapi bisa jadi penyempitan arti ini juga disebabkan karena keterbatasan pemahaman para pelaku bisnisnya.

B.     Analisis Pembiayaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis pembiayaan di bank syariah adalah sebagai berikut:
Pendekatan analisis pembiayaan
Ada beberapa pendekatan analisa pembiayaan yang dapat diterapkan oleh para pengelola bank syariah dalam kaitannya dengan pembiayaan yang akan dilakukan, yaitu:

  1. Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam.
  2. Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguh-sungguh terkait dengan karakter nasabah 
  3. Pendapatan kemampuan kepuasan, artinya bank menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil. 
  4. Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya bank memperhatikan kelayakan usaha yang dijalanankan oleh nasabah peminjam. 
  5. Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan fungsinya sebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan.       
Prinsip Analisis Pembiayaan
Prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C yaitu:
  • Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. 
  •  Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengambalikan pinjaman yang diambil. 
  •  Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam 
  • Colateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank 
  • Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.
Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan 1C, yaitu Constraint artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha.

Tujuan Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan  memiliki dua tujuan, yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan adalah : pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
S    sedangkan tujuan khusus analisis pembiayaan adalah :
  1. Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam 
  2. Untuk menekan risiko akibat tidak terbayarnya  pembiayaan 
  3. Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak

Prosedur Analisis Pembiayaan
      Aspek-aspek penting dalam analisis pembiayaan yang perlu dipahami oleh pengelola bank syari’ah :
  1. Berkas dan pencatatan 
  2.  Data pokok dan analisis pendahuluan
a.       Realisasi pembelian, produksi dan penjualan
b.      Rencana pembelian, produksi  dan penjualan
c.       Jaminan
d.      Laporan keuangan
e.       Data kualitatif dari calon debitur 

      3.  Penelitian data  
      4. penelitian atas realisasi usaha
      5. Penelitian atas rencana usaa penelitian dan penilaian barang jaminan
      6. Laporan keuangan dan penelitiannya


Keputusan  Permohonan Pembiayaan
  1. Bahan pertimbangan pengambilan keputusa 
  2. Wewenang pengambilan keputusan
Aspek yang Dianalisis
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh pejabat bank dalam melakukan analisis pembiayaan, diantaranya adalah :
  1. Aspek yuridis 
  2. Calon debitur cakap hukum 
  3. Usahanya tidak liar 
  4. Aspek pemasaran 
  5. Sikus hidup produk 
  6. produk subtitusi 
  7. perusahaan pesaing 
  8. Tingkat kemampuan daya beli masyarakat 
  9. program promosi 
  10.   Daerah pemasarannya 
  11.   Faktor musim 
  12.   Manajemen pemasaran 
  13.   Kontrak penjualan 
  14.  Aspek teknis
  15.   Lokasi usaha 
  16.  Fasilitas gedung bangunan usaha 
  17. Mesin-mesin yang dipakai 
  18. Proses produksi 
  19.  Aspek keuangan 
  20.  Kemapuan memperoleh untung 
  21.  Sisa-sisa pinjaman dengan pihak lain 
  22. Beban rutin diluar kegiatan usaha 
  23.   Arus kas (cash flow) 
  24. Aspek jaminan 
  25.  Syarat-syarat  jaminan 
  26.   Syarat ekonomis 
  27.  Syarat yuridis

Alat Analisis
Alat analisis pembiayaan dapat berupa angket.
Rumusan Hasil Analisis
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan hasil analisis pembiayaan:
  1. dentitas pemohon 
  2. Umur calon antara 22-50 tahun 
  3. Alamat rumah jelas, jika kontrak: masih berapa tahun calon kontrak 
  4. Tempat calon usaha berada di dekat wilayah kerja bank syari’ah yang bersangkutan 
  5.  Identitas usaha 
  6. Pengalaman usaha minimal 2 tahun 
  7.  Lokasi usaha strategis 
  8.  Status usaha bukan sambilan 
  9.  Status usaha diprioritaskan milik sendiri 
  10.  Aspek pasar 
  11. Barang yang dijual/ diproduksi tidak terlalu banyak pesaing dan memang dibutuhkan banyak orang. Upaya kreatif dan inotatif perlu dimiliki agar dapat melihat peluang-peluang pasar yang dapat dimasuki sekaligus dapat memperoleh untung. 
  12.  Sumber bahan baku 
  13.  Sumber bahan bakusumber bahan baku yang dipakai mudah diperoleh, cukup murah, dan jika memungkinkan dapat didaur ulang 
  14. aspek pengelola 
  15. Mempunyai perencanaan usaha ke depan yang detail 
  16.   Mempunyai pengalaman dan tenaga kerja terampil 
  17.   Mempunyai catatan usaha, seperti:  buku jurnal, laporan transaksi, catatan laba/ rugi, dll. 
  18.   Aspek ekonomi 
  19.   Produk yang diproduksi dan dijual tidak merusak lingkungan, baik barang jadi maupun limbahnya.
  20. Produk yang dibuat tidak dilarang oleh agama maupun negara 
  21.   Permodalan 
  22.   Pemimjam harus mempunyai modal minimal 30% dari pembiayaan yang diajukan ke bank syari’ah
  23.  Data keuangan 
  24. Korelasi presentase kemampuan membayar anggota pembiayaan harus 30% dari kemampuan menabungnya.

      C. Analisis Kualitatif
            Analisis kualitatif terkait dengan data-data nonkeuangan nasabah. Metode yang digunakan  pada umumnya adalah dengan membandingkan informasi yang ada dengan standar industri, sehingga resiko yang ada dapat dipahami. Selanjutnya, Bank dapat mengantisipasi terhadap resiko yang akan timbul. Ruang lingkup yang dianalisis dibahas dalam pembahasan berikut ini.
Aspek Manajemen
            Kemampuan nasabah dalam rangka mengelola usahanya dapat dilihat dari riwayat dan pengalaman nasabah. Faktor usia, bahkan kondisi keluarga seringkali menjadi faktor yang sangat penting untuk diketahui, terlebih untuk mikro dan kecil. Pada kondisi seperti ini, pembiayaan yang akan diberikan oleh bank harus dilakukan memiliki pengalaman yang tepat dan disertai pembelajaran kepada nasabah untuk memperbesar kegiatan usahanya dimasa mendatang. Aspek manajemen dalam hal ini adalah sesuatu yang melekat kepada pengelolanya. Adapun ruang lingkup yang ditelaah adalah menyangkut rekam jejak (track record) atau pengalaman individu dan sistem manajemen dalam usaha yang dikelola saat ini.

Aspek Usaha
  • ·         Produksi atau Pengadaan Barang
Dalam dunia industri, aspek produksi ini meliputi proses pengadaan bahan baku, proses menjadi barang setengah jadi sampai menjadi barang jadi, dan proses penyimpanan stok persediaan. Pengadaan barang dagangan dan penyimpanannya adalah hal yang biasa ditemui pada usaha perdagangan. Data yang dianalisis adalah sebagai berikut.
  1.   Pemasok (supplier)
a.       Siapakan pemasok pertama bahan baku ?
b.      Berapakah jumlah pemasok atau pemasok adalah pemasok tunggal ?
c.       Jika pemasok pertama keluar maka apakah ada pemasok lain yang dapat memberikan bahan baku yang diperlukan ?
d.      Sanggupkah pemasok mengirimkan bahan baku ?
e.       Kejadian-kejadin apa saja yang dapat menggagalkan pengiriman bahan baku ?
2        2.   Harga bahan baku
a.       Apakah faktor-faktor mempengaruhi harga bahan baku ?
b.      Bagaimana situasi harga di masa mendatanag ?
c.       Apakah ada bahan baku pengganti yang dapat diterima ?
d.      Apakah ada pengaruh bahan baku pengganti terhadap biaya produksi, kualitas produksi, dan permintaan produk akhir ?
3       3.   Kontinuitas pasokan bahan baku
a.       Adakah kejadian-kejadian potensial yang dapat menggagalkan pemasok mendapatkan bahan baku ? sebagai contoh, pemogok buruh, terputusnya transportasi, peraturan dan kebijakan lingkungan, serta kejadian politik dalam negeri atau luar negeri.
b.      Adakah risiko-risiko mudah rusaknya bahan baku sebelum dikirim kepada perusahaan untuk proses produksi ?


4        4.   Hubungan dengan buruh
a.       Apabila perusahaan bercirikan labor intensive, apakah risiko yang terjadi jika buruh yang diperlukan tidak tersedia ?
b.      Apakah ada kemungkinan terjadi pemogokan ?
c.       Apakah ada buruh dengan status kontrak yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat ?
d.      Bagaimana pengalaman perusahaan berkaitan dengan masalah buruh ?
e.       Bagaimana pengalaman perusahaan kompetitor dalam menangani buruh ?
5       5.   Kualitas pabrik dan mesin
a.       Bagaimana kondisi umum pabrik dan mesin-mesin ?
b.      Apakah sudah modern atau usang ?
c.       Apakah perusahaan selalu memelihara pabrik dengan teknologi modern atau perusahaan kempetitor telah mempunyai mesin berteknoligi modern ?
d.      Apakah jenis dan jumlah energi yang diperluakan ?
e.       Apakah ada kemungkinan mengalami kekurangan energi atau harga energi naik ?
f.       Apakah ada kemungkinan perusahaan ditutup berkaitan dengan kegagalan memenuhi aturan lingkungan ?
6        6.   Produk perusahaan
a.       Apakah produk perusahaan ?
b.      Apakah barang mewah atau kebutuhan primer ?
c.       Apakah ada pengaruh risiko mode (fashion) ?
d.      Apakah produk telah mengikuti tren teknologi ?
e.       Berkaitan dengan permintaan nasabah, apakah jumlah produk akan menurun di masa mendatang ?
f.       Apakah ada perusahaan lain yang akan mengganti produknya ?
g.      Apakah produk ini termasuk warabala (franchise) atau izin khusus ?
h.      Bagaimana promosi produk ?
i.        Bagaimanakah situasi ekonomi yang berpengaruh pada permintaan produk perusahaan ?

   
  • Pemasaran
  1. Apakah ada perusahaan yang memiliki keunggulan tertentu atau sebaliknya ? 
  2. Apakah penjulan melalui sistem distributor atau melalui penjualan borongan/grosir (wholesale) independen ? 
  3.  Apakah peraturan pemerintah berpengaruh pada kemampuan perusahaan untuk menjual produknya ? 
  4.  Siapakah pembeli produk perusahaan ? Apakah pembeli langsung atau distributor ? Dimanakah lokasi pembeli secara geografis ? Apakah ada kejadian potensial yang dapat berpengaruh pada kemampuan perusahaan dalam menjual produk ? Apakah penjualan dilakukan secara tunai atau tempo ? 
  5.    Siapakah kompetitor utama ? Bisakah kompetitor menggantikan perusahaan dalam pasar ? Berapakah pangsa pasar (market share) perusahaan terhadap kompetitor dalam industri sejenis ?

Aspek Syariah dan Legalitas
Kelengkapan legalitas pribadi dan legalitas usaha nasabah harus diteliti dengan seksama. Selain itu, keabsahannya juga perlu diperhatikan dalam hal ini, dikeluarkan oleh pihak yang berwewenang. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
  1. Peneliitian dokumen legal. 
  2. Usaha tidak melanggar syariah. 
  3. Kesesuaian kebutuhan dan perencanaan. 
  4. Pembiayaan dan akadnya sesuai syariat 
  5. Kewenangan para pihak. 
  6.  Penilaian jaminan 
  7. Pengikatan dan jaminan.

D. Analisis Kuantitatif
Analisis Horizontal (Tren)
  1. Untuk membandingkan kinerja usaha nasabah pada periode tertentu, sesuai kebutuhan analisis. 
  2. Rasio dan pos-pos penting laporan posisi keuangan-laba rugi yang dibandingkan disesuaikan dengan kebutuhan analisis, terutama untuk mengetahui rasio pertumbuhan.

Analisis Vertikal (Rasio)
            Membandingkan di antara pos penting dalam laporan keuangan dalam satu periode tertentu. Pos pada laporan posisi keuangan adalah rasio likuiditas dan laverage (solvabilitas), sedangkan pada laba rugi adalah rasio rentabilitas dan efisiensi.
  1. Rasio likuiditas : Kemampuan penyediaan kas guna menutupi kewajiban dalam jangka pendek.
a.       Quick Ratio = (Kas + Bank) ÷ Utang Lancar
b.      Current Ratio = Aset Lancar ÷ Utang Lancar
L       2. Laverage ratio : kemampuan nasabah untuk membayar seluruh kewajibannya dari modal atau aset yang   dimiliki.
          DER (Debt to Equity Ratio) = (Utang Lancar + Utang Jangka Panjang) ÷ Modal

.                    3. Rentabilitas : Mengukur kemampuan menghasilkan laba dan efisiensi usaha
a.       PM (Profit Margin) = Laba Bersih ÷ Pendapatan
b.      BOPO = Biaya Operasional ÷ Pendapatan Operasional

Analisis Arus Kas
            Arus kas (cash flow) berupa pemasukan dan pengeluaran kas secara riil, sehingga dapat diketahui surplus atau defisitnya, serta sumber-sumber kas yang ada. Analisis arus kas sangat diperlukan dalam pembiayaan dengan pola bagi hasil. Pendekatan yang digunakan adalah dengan memilah ke dalam pos-pos tertentu, seperti pos operasional atau non-operasional, dan pos-pos lainnya.

Analisis Kebutuhan Pembiayaan
  1. Pembiayaan konsumtif
a.       Kegunaan : Pembelian barang atau kebutuhan nasabah yang tidak terkait dengan usaha.
b.      Pendekatan : Cek rasio pendapatan dibandingkan dengan jumlah angsuran perbulan, di mana maksimum adalah sebesar 40%. Cek utang lain yang mungkin ada. Selain itu, cek dokumen dan keabsahan barang yang dibeli.
2          2. Modal kerja
a.       Keguanaan : Untuk pembelian bahan baku atau jadi, serta untuk biaya produksi atau penjaualan.
b.      Pendekatan : Dengan cara mengetahui kapasitas maksimum perputaran usaha. Perputaran Modal Kerja (WCTO) = Perputaran Piutang (RTO) + Perputaran Persediaan (ITO). Kebutuhan MK + WCTO × HPP × Proyeksi Penjualan.
3          3. Pembiayaan investasi
a.       Kegunaan : Pembelian mesin produksi, gedung, dan sarana lain.
b.      Pendekatan : Cek harga atau kebutuhan dana riil, cek kemanfaatan, cek kemampuan keuangan, serta cek keabsahan dokumen.






BAB III
Kesimpulan

A.    Pengertian pembiayaan
Pembiayaan secara luas berarti financing, atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan

B.     Analisis Pembiayaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis pembiayaan di bank syariah adalah sebagai berikut:
Pendekatan analisis pembiayaan
  1. Pendekatan jaminan 
  2. Pendekatan karakter 
  3.  Pendapatan kemampuan kepuasan 
  4.  Pendekatan dengan studi kelayakan 
  5.  Pendekatan fungsi-fungsi bank
                                                     
Prinsip Analisis Pembiayaan
Prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C (Character, Capacity, Capital, Colateral, Condition). ditambahkan dengan 1C yaitu Constraint.
Tujuan Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan  memiliki dua tujuan, yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus.


Daftar Pustaka

Anonimous, 1993, Pedoman Pengelolaan Bank Syari’ah, Jakarta : LPPBS
Danupranata, Gita, 2013, Manajemen Perbankan Syari’ah, Jakarta : Salemba Empat
Muhammad, 2011, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta : UPP STIM YKPN





9/18/2017 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me


Kenalin nama Irwan Efendi, Asal dari Lombok Nusa Tenggara Barat.
Pengangum Senja, Penggemar Arsenal (Gooners) dan penyuka Gorengan :)



Follow Us

recent posts

Blog Archive

  • ►  2018 (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2017 (33)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (23)
    • ▼  September (9)
      • Makalah Struktur dan Kebutuhan Pembiayaan Bank Sya...
      • Makalah Analisis Kelayakan Pembiayaan Bank Syariah
      • Makalah Sistem Pembiayaan Bank Syariah
      • Ust. Marwan Hakim Sang Pelopor Pendidikan Aikperapa
      • Profil SMP Riyadul Falah
      • Aneka Jajanan Khas Lombok Timur yang Wajib Anda Co...
      • JomloTapi Mulia
      • Teruntukmu Yang Pernah Kutinggalkan, Aku Minta Maa...
      • Kehilanganmu Menuntunku Kembali Kejalnnya
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates